Alvin Toffler : Future Shock
(KEJUTAN MASA DEPAN) “The Third Wave”
Future Shock adalah sebuah buku yang
ditulis oleh sosiolog dan futurolog Alvin Toffler pada tahun 1970. Ini tumbuh
dari sebuah artikel "Masa Depan sebagai Way of Life" di majalah
Horizon. Buku ini telah terjual lebih dari 6 juta eksemplar dan telah banyak
diterjemahkan.
Kejutan masa depan juga sebuah
istilah untuk suatu keadaan psikologis tertentu individu dan seluruh
masyarakat, yang diperkenalkan oleh Toffler dalam bukunya dengan nama yang
sama. Toffler membuat definisi singkat tentang kejutan masa depan adalah
persepsi pribadi "terlalu banyak perubahan terlalu pendek periode
waktu".
Buku Alvin Toffler, Future Shock,
yang berkaitan dengan cara di mana dunia bergerak progresif menuju masa depan
yang tak seorang pun dapat sepenuhnya mengendalikan dan hanya sedikit bahkan
dapat memprediksi sebagian. Dalam bagian besar, ini berasal dari revolusi
teknologi dan dari teknologi cara di mana feed kepada dirinya sendiri, yang
mengakibatkan kecepatan yang lebih cepat dari perubahan teknologi dan
pengembangan seperti selalu menemukan diri di dunia yang telah berubah dalam
banyak cara karena terakhir diperiksa adalah apa konsep kejutan masa depan.
Biografi Alvin Toffler
Setelah bertugas sebagai koresponden
di Washington, ia bergabung dengan majalah Fortune sebagai editor pembantu.
Sebagai editor majalah Fortune, karya awalnya berfokus pada teknologi dan
dampaknya (melalui efek seperti informasi yang berlebihan). Kemudian ia pindah
ke memeriksa reaksi dan perubahan dalam masyarakat. Di kemudian hari telah
fokus pada peningkatan kekuatan militer abad ke-21 perangkat keras, senjata dan
teknologi proliferasi, dan kapitalisme. Toffler juga penulis dan futuris, yang
dikenal untuk karya-karyanya membahas revolusi digital, revolusi komunikasi,
revolusi perusahaan dan teknologi singularitas.
Kemudian Toffler mengajar di New
School for Social Research. Ia juga menjadi professor tamu di Universitas
Cornell, sebagai ahli tamu di Russel Sage Foundation. Toffler merupakan dosen
yang paling banyak diundang dan banyak dicari serta memperoleh gelar kehormatan
dalam ilmu pengetahuan, sastra, dan hukum.
Perusahaan konsultan manajemen, telah menjulukinya ketiga suara paling berpengaruh di antara para pemimpin bisnis, setelah Bill Gates dan Peter Drucker. Dia juga telah dijelaskan dalam Financial Times sebagai "futurolog dunia yang paling terkenal ".
Perusahaan konsultan manajemen, telah menjulukinya ketiga suara paling berpengaruh di antara para pemimpin bisnis, setelah Bill Gates dan Peter Drucker. Dia juga telah dijelaskan dalam Financial Times sebagai "futurolog dunia yang paling terkenal ".
Toffler menikah dengan Heidi yang
merupakan rekan sekerjanya dan juga mempunyai karier sebagai seorang penulis,
futuris, dan pengajar. Mereka tinggal di Los Angeles dan mempunyai seorang anak
perempuan yang telah dewasa.
Makna
Historisitas Alvin Toffler Tentang Peradaban Manusia yang akan Datang (Suatu
kajian sejarah)
1.
Latar
belakang
Manusia selalu mengalami perubahan
dan perubahan tersebut dapat dilihat salah satunya dari perkembangan manusia
itu sendiri. Ia juga dikatakan sebagai pembuat sejarah akan kehidupannya yang
tercipta secara alamiah, kehidupan manusia selalu bertitik tolak dari masa
lalu, sekarang dan masa yang akan datang dengan kata lain bahwa manusia tidak
pernah lepas dari konteks ruang dan waktu. Manusia merupakan makhluk yang
misterius, mengapa dikatakan demikian karena sejarah telah membuktikan bahwa
apa yang pernah dilakukan manusia selalu tidak dapat diprediksikan dan selalu
tidak dapat diketahui apa maksudnya. Sedangkan misterius dalam arti bahwa
manusia itu sendiri tidak paham akan keberadaannya di masa akan datang.
Ditengah-tengah masyarakat global
kita memasuki sebuah dunia baru yang di dalamnya kegiatan apapun dapat
dilakukan dengan tingkat pengalaman yang sama yaitu di dalam jagat raya maya.
Jagat raya maya itu dianggap lebih menyenangkan dibandingkan dunia maya itu
sendiri. Bahkan segala sesuatu di masa lalu dianggap sebagai fantasi,
halusinasi atau ilusi kini dapat “dialami” sebagai sebuah “realitas” yang
nyata. Hal ini karena dunia fantasi, halusinasi dan ilusi tersebut dengan
bantuan teknologi telah menstimulasi manusia dan ini telah tumpang tindih
dengan dunia realitas sehingga diantara keduannya tidak dapat dibedakan lagi.
Alvin Toffler merupakan salah
seortang futuris yang mencoba memberikan suatu penjelasan tentang konsep
manusia di masa datang. Konsep pemikiran Alvin Toffler ini diawali dari
artikelnya yang merupakan karya monumental yang dirumuskan dengan istilah
future shock ( kejutan masa depan). Artikel ini melukiskan tentang tekanan dan
disorientasi hebat yang dialami oleh manusia jika terlampau banyak dibebani
perubahan dalam waktu terlampau singkat, jelasnya bahwa kejutan masa depan
bukan lagi merupakan bahaya potensial yang masih jauh tetapi merupakan penyakit
nyata yang diderita oleh semakin banyaknya manusia. Kondisi psikologis-biologis
ini dapat digambarkan dengan terminologi medis dan psikiatri. Penyakit ini
ialah penyakit perubahan
Mengapa Alfin Toffler dijadikan tokoh dalam kajian filsafat sejarah? karena tokoh ini di mata penulis merupakan tokoh yang mempunyai pemikiran unik tentang peradaban manusia yang akan datang. Berbeda dengan tokoh-tokoh lain yang orientasinya lebih kepada nilai, kemanusiaan dan kebudayaan. Dan yang perlu dikaji lebih mendalam adalah mencari makna historis apa yang disampaikan oleh Toffler tentang kehidupan manusia yang akan datang dan bagaimana sebetulnya citra seorang manusia baru terkait dengan masa depan. Menurut Trotsky, manusia yang akan datang itu “manusia akan lebih kuat, lebih pintar, dan cepat mengerti, badannya akan lebih serasi, gerakannya lebih berirama, suaranya lebih merdu. Gaya hidupnya akan mempunyai kualitas yang sangat dramatis dari rata-rata manusia itu akan setingkat Aristoteles, Goethe, dan Marx.” Bagi Frantz Fanon “ kedatangan manusia baru akan mempunyai pikiran baru.” Sedangkan Toffler sendiri tidak menjelaskan bagaimana citra manusia baru itu? Disinilah salah satu letak keunikan Toffler ketika ia membicarakan tentang kehidupan manusia yang akan datang tetapi ia sendiri tidak menjelaskan manusia itu sendiri.
Mengapa Alfin Toffler dijadikan tokoh dalam kajian filsafat sejarah? karena tokoh ini di mata penulis merupakan tokoh yang mempunyai pemikiran unik tentang peradaban manusia yang akan datang. Berbeda dengan tokoh-tokoh lain yang orientasinya lebih kepada nilai, kemanusiaan dan kebudayaan. Dan yang perlu dikaji lebih mendalam adalah mencari makna historis apa yang disampaikan oleh Toffler tentang kehidupan manusia yang akan datang dan bagaimana sebetulnya citra seorang manusia baru terkait dengan masa depan. Menurut Trotsky, manusia yang akan datang itu “manusia akan lebih kuat, lebih pintar, dan cepat mengerti, badannya akan lebih serasi, gerakannya lebih berirama, suaranya lebih merdu. Gaya hidupnya akan mempunyai kualitas yang sangat dramatis dari rata-rata manusia itu akan setingkat Aristoteles, Goethe, dan Marx.” Bagi Frantz Fanon “ kedatangan manusia baru akan mempunyai pikiran baru.” Sedangkan Toffler sendiri tidak menjelaskan bagaimana citra manusia baru itu? Disinilah salah satu letak keunikan Toffler ketika ia membicarakan tentang kehidupan manusia yang akan datang tetapi ia sendiri tidak menjelaskan manusia itu sendiri.
Historisitas manusia berkaitan
dengan kompleksitas kesadaran. Kompleksitas merupakan segi luar dan intensitas
merupakan segi dalam badan, wahyu, wujud, kompleksitas dapat dikatakan dengan
cara yang lebih umum sebagai aspek materi atau materialitas manusia. Segi dalam
jiwa/intensitas/gaya dapat dikatakan sebagai askpek spiritualitas manusia.
2.
Masa
Depan antara Realitas dan Harapan
Masa depan bagi manusia merupakan
suatu yang rumit. Karena terlalu rumitnya masa depan tersebut menjadi sulit
diprediksikan dan pada hakekatnya yang menjadi pijakan dari masa depan itu
sendiri adalah masa lalu dari apa yang telah terjadi dan masa depan itu sendiri
merupakan sebuah realitas yang diharapkan bagi kehidupan manusia. Menurut
Toffler masa depan adalah sebuah gelombang perubahan. Setiap kali gelombang
perubahan yang tunggal menguasai suatu masyarakat tertentu maka pola
perkembangan masa depannya relativ untuk diamati. Sebaliknya, bila suatu
masyarakat sedang dilanda dua atau lebih gelombang perubahan besar dan belum
jelas yang mana yang dominan, maka citra manusia masa depan itu menjadi retak.
Akhir sejarah, biasanya dan lebih
sering merupakan akhir setiap peradaban, ketika peradaban universal muncul,
masyarakat menjadi tertipu oleh apa yang disebut Toynbee dalam Samuel
Hantington sebagai “bayang-bayang keabadian dan menyakini bahwa apa yang
menjadi milik mereka merupakan “bentuk” final dari sejarah kehidupan manusia.
Manusia mengharapkan masa depan yang
lebih baik memberikan suatu makna tersendiri, memberikan harapan yang lebih
baik. Tetapi manusia itu sendiri tidak dapat mengelak dari apa yang disebut
dalam konsep Toffler adalah perubahan. Gelombang perubahan pertama, kedua, dan
ketiga. Kemungkinan-kemungkinan yang dihadapi manusia sekarang ini adalah
kemungkinan semu. Konteks kehidupan yang melanda kehidupan manusia saat ini
tidak lepas dari konteks kehidupan masa lalu. Jadi apa yang pernah diperbuat
oleh manusia masa lampau mempunyai korelasi pada masa depan manusia.
Harapan manusia tentang masa depan
adalah harapan kesementaraan pergeseran kearah kesementaraan bahkan akan
terwujud dimisalkan dalam arsitektur bagian lingkungan fisik yang pada masa lalu
sangat menunjang kesadaran manusia akan kekuatan.
3.
Konteks
Manusia Sekarang
Manusia dimasa depan adalah manusia
yang konsumtif dengan keserakahan yang luar biasa. Digambarkan oleh
Toffler bahwa tidak pernah terjadi sebelumnya, bahwa suatu peradaban telah
menciptakan kerusakan yang begitu parah dan hebat, bukan saja terhadap kota,
tetapi terhadap planit ini. Tidak pernah samudra luas menghadapi keracunan air
laut, spesi-spesi punah dalam sekejab mata dari permukaan bumi sebagai akibat
keserakahan dan kecerobohan manusia, tidak pernah perut bumi dikuras dan
dirusak oleh galian tambang-tambang seperti sekarang ini ; tidak pernah zat
penyemprot erosol mencemarkan lapisan-lapisan udara murni, ataupun termopolusi
mengancam iklim planit ini, semua ini terjadi secara besar-besaran di zaman
industri ini.
Konsep peradaban menurut Toffler
adalah peradaban dimana teknologi mengambil peranan lebih besar dibanding
dengan keberadaan manusia. Eksistensi manusia akan digantikan dengan eksistensi
teknologi sebagai jalan menuju peradaban baru. Manusia akan menjadi budak dari
teknologi itu sendiri.
Karena persoalan hidup yang semakin kompleks dan dengan tekanan teknologi yang semakin mendesak, akhirnya manusia bekerja fulltime. Walaupun terkesan menghibur, tetapi dengan menggunakan teknologi yang sangat menegangkan saraf, secara cepat akan terjadi kemunduran mental. Kemunduran mental ini sering dimulai dengan rasa lelah. Kemudian muncul kebingungan dan keadaan cepat tersinggung. Orang itu menjadi amat peka terhadap rangsangan sekecil apapun di sekitarnya. Ia langsung ”mengamuk” oleh provokasi yang remeh. Ia menunjukkan tanda kehilangan akal. Ia agaknya tak dapat membedakan suara tembakan musuh dari suara lain yang tidak berbahaya. Ia menjadi tegang, gelisah, dan sering berang. Temannya tidak pernah tahu kapan ia akan mengamuk, bahkan melakukan kekerasan, sebagai response terhadap gangguan kenyamanan yang tak berarti.
Karena persoalan hidup yang semakin kompleks dan dengan tekanan teknologi yang semakin mendesak, akhirnya manusia bekerja fulltime. Walaupun terkesan menghibur, tetapi dengan menggunakan teknologi yang sangat menegangkan saraf, secara cepat akan terjadi kemunduran mental. Kemunduran mental ini sering dimulai dengan rasa lelah. Kemudian muncul kebingungan dan keadaan cepat tersinggung. Orang itu menjadi amat peka terhadap rangsangan sekecil apapun di sekitarnya. Ia langsung ”mengamuk” oleh provokasi yang remeh. Ia menunjukkan tanda kehilangan akal. Ia agaknya tak dapat membedakan suara tembakan musuh dari suara lain yang tidak berbahaya. Ia menjadi tegang, gelisah, dan sering berang. Temannya tidak pernah tahu kapan ia akan mengamuk, bahkan melakukan kekerasan, sebagai response terhadap gangguan kenyamanan yang tak berarti.
4.
Masyarakat
yang hilang
Peradaban manusia masa depan dapat
dikatakan sebagai peradaban yang mekanik selama ini hukum-hukum positivistic
masih bisa ditentang oleh teori-teori filsafat dan sosial tetapi nantinya akan
terjadi apa yang dinamakan sebagai pembalikan dari teori sosial bahwa hukum
alamlah yang nantinya dapat berlaku dan terbukti secara alamiah karena telah
terjadi proses pengaturan diri secara alamiah. Misalnya, masyarakat yang
sekarang ini dikatakan sebagai masyarakat berbudaya, berperadaban, dan eksis
tidak lama lagi akan menjadi masyarakat cyber dalam artian bahwa masyarakat
tidak harus kita temui secara face to face tetapi masyarakat yang jauh yang
tidak pernah kita kenal sebelumnya akan menjadi suatu yang eksis dalam
kehidupan kita. Individu akan hidup tanpa adanya masyarakat dan yang akan
disebut masyarakat bukanlah manusia tetapi mekanik-mekanik sebagai media dan
teknologi sebagai pencipta masyarakat cyber tersebut.
Kriteria apa yang dapat dikatakan
sebagai masyarakat yang hilang adalah ketika ruang-ruang publik telah dialihkan
fungsinya, ketika tempat bermain anak-anak telah digantikan dengan Computer
Station, ketika media komunikasi tidak face to face lagi tetapi dengan
peralatan yang canggih memungkinkan orang tidak harus hadir pada saat itu juga.
Hanya menekan beberapa tombol saja orang sudah bisa berkomunikasi dengan siapa
saja, kapan saja, dan dimana saja tanpa mengurangi waktu yang ada. Teknologi
informasi berkembang dengan cepat sehingga banyak warung internet (Warnet). Hal
inilah yang menjadikan nilai-nilai essensial masyarakat telah hilang.
Filsafat
Sejarah Alvin Toffler
Buku Future Shock dan The Third Wave
adalah dua buku yang sangat terkenal. Toffler dalam bukunya The Third Wave
membagi perkembangan sejarah peradaban manusia atas tiga gelombang: gelombang
pertama adalah fase agricultur, gelombang kedua adalah fase industri, dan
gelombang ketiga adalah fase yang sekarang sedang dialami oleh umat manusia,
fase ini sering disebut era informasi yang ditunjang oleh teknologi komunikasi.
Komplek messiah itu adalah suatu ilusi bahwa kita dapat menyelamatkan diri kita
dengan mengganti orang yang dipuncak. Jeritan yang kian nyaring
meminta kepemimpinan adalah karena tiga macam salah pengertian; yang pertama
adalah mitos efisiensi otoriter; yang kedua mendambakan kepemimpinan masa
lampau yang dianggap berhasil, pada hal belum tentu demikian untuk saat ini;
yang ketiga mendambakan pemimpin yang keibuan atau kebapakan yang sebetulnya
sudah usang. Setelah menyaksikan para politikus gelombang kedua terjerembab dan
seperti orang mabuk menepis-nepis problem yang timbul karena gelombang ketiga,
berjuta-juta orang terdorong oleh surat kabar, sampai pada satu-satunya
kesimpulan sederhana yang gampang dimengerti, tentang kesengsaraan kita yaitu;
“kegagalan pimpinan”. Asal saja ada seorang Ratu Adil muncul di cakrawala politik
semuanya akan beres.
Idaman kepada seorang pimpinan yang
cakap dan macho itu sekarang bahkan diutarakan oleh mereka yang bermaksud baik,
ketika melihat yang dikenalnya mulai ambruk, lingkungan semakin tidak dapat
diramalkan, dan kehausan mereka akan ketertiban, struktur dan prediktabilitas
bertambah. Karena itu kita mendengar apa yang dimaksud oleh berderap-derap,
‘jeritan yang hebat, mengaung laksana lolongan beratus-ratus anjing yang
mendongak ke bintang,
meminta seseorang atau sesuatu untuk memegang kendali.
meminta seseorang atau sesuatu untuk memegang kendali.
Bagi Toffler tak seorang pun mengetahui
secara rinci bagaimana masa depan itu atau apa yang akan paling berguna di
dalam masyarakat gelombang ke tiga. Oleh karena itu janganlah kita hanya
memikirkan satu reorganisasi yang massif atau satu perubahan besar yang
revolusioner yang diperintahkan dari atas, akan tetapi pikirkanlah ribuan
eksperimen yang diselenggarakan dengan sadar dan terdesentralisasi, sehingga
kita menguji-coba berbagai model-baru pengambilan keputusan politik pada
tingkat lokal dan regional, sebelum hal ini dapat diterapkan pada tingkat nasional
dan trans nasional.
Dengan menghindari kejutan masa
depan ketika menunggang gelombang perubahan, manusia harus menguasai evolusi,
membentuk masa depan menurut kebutuhan umat manusia Tanpa bangkit memberontak
terhadapnya, seharusnya mulai saat historis ini dan seterusnya, manusia
mengantisipasi dan mendesain masa depan. Hal ini yang merupakan tujuan akhir
futurisme sosial, bukan sekedar transendensi teknokrasi dan mensubsitusinya
dengan perencanaan yang lebih manusiawi, lebih berpandangan jauh, dan lebih
demokratis, melainkan menundukkan proses evolusi itu sendiri pada bimbingan
manusia yang sadar. Inilah saat yang maha agung, titik balik dalam sejarah,
saat manusia harus menundukkan proses perubahan itu atau binasa dan saat
manusia, dari menjadi boneka evolusi yang tak sadar, menjadi korban atau empu
proses itu.
Pendidikan
di Masa Depan
Dalam hal ini, Alvin Toffler, dalam
buku Future Shock menggambarkan sistem pendidikan dimaksud sebagai
berikut :
Sejumlah besar pelajar ( bahan baku ) dikumpulkan dalam sebuah sekolah yang berlokasi sentral ( pabrik ), untuk diproses oleh para guru ( pekerja ), dan kualifikasi maupun karakteristik lulusannya relatif sama alias standard. Bukankah gambaran pola pendidikan seperti itu persis sama dan sebangun dengan realitas di dunia industri.
Sejumlah besar pelajar ( bahan baku ) dikumpulkan dalam sebuah sekolah yang berlokasi sentral ( pabrik ), untuk diproses oleh para guru ( pekerja ), dan kualifikasi maupun karakteristik lulusannya relatif sama alias standard. Bukankah gambaran pola pendidikan seperti itu persis sama dan sebangun dengan realitas di dunia industri.
Selain pola globalnya, hal-hal yang
bersifat tehnik pun dipaksakan sedekat mungkin dengan realitas dunia industri.
Mulai dari hirarki administratif pendidikan yang mengikuti model birokrasi
industrial, sampai ilmu pengetahuan itu sendiri juga diorganisasikan dalam
berbagai disiplin permanen, berdasarkan asumsi-asumsi yang ada di dalam dunia
industri. Yang hasilnya berupa penjurusan-penjurusan keilmuan yang sangat
rigid. Sekolah dianggap menjadi sarana untuk mengintroduksikan sekaligus
“mentakdirkan” peserta didik untuk menjadi salah satu sekrup di dalam
masyarakat industrial.
Sekolah menjadi simulasi dari
masyarakat dewasa dengan struktur jabatan, peranan, dan lembaga yang mirip dengan
struktur dunia industri. Di sini para pelajar tidak hanya mempelajari fakta dan
ketrampilan yang dibutuhkan oleh industri, tetapi juga menghayati dan
mempelajari gaya hidup yang akan di tempuhnya di masa depan. Aspek yang paling
dikecam dalam pendidikan dewasa ini –regimentasi, tiadanya individualisasi,
sistem yang kaku dalam pengaturan tempat duduk, pengelompokan, pembagian
tingkat, pemberian nilai, dan peran guru yang otoriter – justru merupakan
faktor yang membuat pendidikan umum secara massal menjadi sarana adaptasi yang
begitu efektif terhadap kebutuhan dunia industri.
DAFTAR
PUSTAKA
Hantington, Samuel. Benturan Antara
Peradaban dan Masa Depan Politik Dunia, Yogyakarta: Qalam, 2003.
Slouka, Mark. Ruang yang Hilang Pandangan Humanis Tentang Budaya Cyberspace yang Merisaukan, Bandung: Mizan, 1999.
Toffler, Alvin. Future Shock (Kejutan Masa Depan), Terj. Sri Koesdiyantinah, Jakarta: Pantja Simpati, 1989.
____________. Gelombang Ketiga (Bagian Pertama), Terj. Sri Koesdiyantinah, Jakarta: Pantja Simpati, 1989.
____________, Gelombang Ketiga (Bagian Kedua), Terj. Sri Koesdiyantinah, Jakarta: Pantja Simpati, 1989.
____________, Kejutan dan Gelombang, Terj. Sri Koesdiyantinah, Jakarta: Pantja Simpati, 1989.
Slouka, Mark. Ruang yang Hilang Pandangan Humanis Tentang Budaya Cyberspace yang Merisaukan, Bandung: Mizan, 1999.
Toffler, Alvin. Future Shock (Kejutan Masa Depan), Terj. Sri Koesdiyantinah, Jakarta: Pantja Simpati, 1989.
____________. Gelombang Ketiga (Bagian Pertama), Terj. Sri Koesdiyantinah, Jakarta: Pantja Simpati, 1989.
____________, Gelombang Ketiga (Bagian Kedua), Terj. Sri Koesdiyantinah, Jakarta: Pantja Simpati, 1989.
____________, Kejutan dan Gelombang, Terj. Sri Koesdiyantinah, Jakarta: Pantja Simpati, 1989.
http://hadifauzan.blogspot.com/2013/11/alvin-toffler-future-shock-kejutan-masa.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar