FILSAFAT ZAMAN PERTENGAHAN
Ciri
Filsafat Abad Pertengahan
Filsafat Abad Pertengahan dicirikan dengan adanya hubungan
erat antara agama Kristen dan filsafat. Dilihat secara menyeluruh, filsafat
Abad Pertengahan memang merupakan filsafat Kristiani. Para pemikir zaman ini
hampir semuanya klerus, yakni golongan rohaniwan atau biarawan dalam
Gereja Katolik (misalnya uskup, imam, pimpinan biara, rahib), minat dan
perhatian mereka tercurah pada ajaran agama kristiani.
Akan tetapi, orang akan sungguh-sungguh salah paham jika
memandang filsafat Abad Pertengahan semata-mata sebagai filsafat yang melulu
berisi dogma atau anjuran resmi Gereja. Sebab, sebagaimana nanti akan kita
lihat, tema yang selalu muncul dalam sejarah filsafat Abad Pertengahan adalah
hubungan antara iman yang berdasarkan wahyu Allah sebagaimana termaktub dalam
kitab suci dan pengetahuan yang berdasarkan kemampuan rasio manusia. Dan, dalam
hal ini, tidak semua pemikir abad pertengahan mempunyai jawaban yang akur.
Adanya beragai macam aliran pemikiran yang mengkaji tema
tersebut menunjukkan bahwa para pemikir pada zaman itu ternyata bisa
berargumentasi secara bebas dan mandiri sesuai dengan keyakinannya. Kendati
tidak jarang mereka, karena ajarannya, harus berurusan dan bentrok dengan para
pejabat gereja sebagai otoritas yang kokoh dan terkadang angkuh pada masa itu.
Oleh karena itu, kiranya dapat dikatakan bahwa filsafat abad pertengahan adalah
suatu filsafat agama dengan agama kristiani sebagai basisnya.
Periode abad pertengahan mempunyai perbedaan yang menyolok
dengan abad sebelumnya. Perbedaan itu terutama terletak pada dominasi agama.
Timbulnya agama Kristen yang diajarkan oleh nabi isa pada permualaan abad
masehi membawa perubahan besar terhadap kepercayaan keagamaan.
Agama Kristen menjadi problema kefilsafatan karena
mengajarkan bahwa wahyu Tuhanlah yang merupakan kebenaran yang sejati. Hal ini
berbeda dengan pendangan yunani kuno yang mengatakan bahwa kebanaran dapat
dicapai oleh kemampuan akal. Mereka belum mengenal adanya wahyu.
Mengenai
sikap terhadap pemikiran Yunani ada dua:
1. Golongan yang menolak sama sekali
pemikiran Yunani, karena pemikiran Yunani merupakan pemikiran orang kafir
karena tidak mengakui wahyu.
2. Menerima filsafat yunani yang mengatakan bahwa karena
manusia itu ciptaan Tuhan maka kebijaksanaan manusia berarti pula kebijaksanaan
yang datangnya dari Tuhan. Mungkin akal tidak dapat mencapai kebanaran yang
sejati. Oleh karena itu, akal dapat dibantu oleh wahyu.
1. Zaman
Skolastik
Sebutan Skolastik berasal dari kata
latin scholasticus yang bermakna; “guru”. Karena dalam pengajaran pada
periode ini diajarkan dalam sekolah-sekolah biara, Universitas-Universitas
menurut suatu kurikulum yang tetap dan yang bersifat internasional. Nama
skolastik menunjuk besarnya peranan sekolah-sekolah (termasuk universitas) dan
biara-biara dalam perkembangan pemikiran-pemikiran filsafat. Masa Skolastik
dimulai setelah Filsafat mengalami masa kemandegan karena situasi politik yang
tak stabil. Abad VI dan VII memang ditandai kekacauan. Selain perpindahan
bangsa-bangsa, kerajaan Romawi mengalami keruntuhan akibat serbuan bangsa-bangsa
barbar. Dengan keruntuhan kekaisaran Romawi, peradabannya pun runtuh.
Sejak pemerintahan Karel Agung
(742-814), keadaan mulai pulih. Kegiatan intelektual mulai bersemi kembali.
Ilmu pengetahuan, Kesenian, dan filsafatpun mendapat angin baru. Peran utama
pada mulanya di mainkan oleh biara-biara tua di Galia selatan, tempat
pengungsian ketika terjadi perpindahan bangsa-bangsa.
Masa skolastik mencapai puncak kejayaan
pada abad XIII. Di masa ini filsafat masih dikaitkan dengan teologi. Tetapi
sudah menemukan tingkat kemandirian tertentu. Hal ini disebabkan oleh dibukanya
universitas-universitas baru, berkembangnya ordo-ordo baru, disebarluaskannya
karya-karya filsafat yunani.
Patut diberi catatan khusus karya-karya
filsafat Yunani, karena inilah faktor terpenting bagi perkembangan intelektual
dan filsafat. Karya-karya filsafat itu terutama Aristoteles, yang praktis belum
dikenal di barat. Memang karya Aristoteles sudah di kenal, tapi terbatas pada
logika.
Masuknya filsafat Aristoteles di Barat
dimungkinkan lewat filsuf-filsuf Arab, terpenting di antaranya ialah Ibn Sina
atau Avicena, dan Ibn Rusyd atau Averroes. Dapat juga di sebut beberapa filsuf
Yahudi, terpenting diantaranya ialah Salomon Ibn Geribol Avicebron, dan Moes
Maimunides. Sedangkan Averroes merupakan pengagum dan menulis banyak komentar
tentang pemkiran Aristotelian. Sebab iu ia juga sering disebut Sang Komentator.
Karya-karya Aristoteles tidak saja
diterjemahkan dari bahasa Arab ke bahasa Latin (setelah sebelumnya
diterjemahkan dari bahasa Yunani ke bahasa Arab oleh filsuf-filsuf Arab),
tetapi juga diterjemahkan langsung dari bahasa Yunani ke bahasa Latin. Seorang
penerjemah terpenting adalah Gulielmus dari Moerbeke, yang bekerja untuk Thomas
Aquinas.
Apa pemtingnya keberadaan karya-karya
Aristoteles di dunia Barat? Suasana intelektual mulai berubah. Sebelumnya,
kehidupan intelektual sangat kental dengan pemikiran kristen. Kehadiran
karya-karya Aristoteles itu memberikan nuansa baru. Orang-orang berhadapan
dengan karya-karya nonkristen. Tugas filsafat dan teologi adalah mendamaikan
alam pikiran baru itu dengan ajaran kristen, khusunya alam pikiran Agustinus
yang mendominasi sebelumnya.
Diantara tokoh-tokoh penting pada masa
perkembangan filsafat pada era skolastik seperti Ibn Sina atau dalam bahasa
Latin sering disebut avicena, kemudian Ibn Rusyd atau Averroes, dal lain-lain
masih banyak lagi.
2.
Renaissance
Kata ini berasal dari bahasa prancis dan berarti kelahiran kembali. Maksudnya
usaha untuk menghidupkan kembali kebudayaan
Yunani dan Romawi klasik. Dalam sastra lahirah humanisme, yang juga mencari
inspirasinya pada sastra Yunani dan Romawi. Renaissance ditandai oleh lahir
kembali di beragai ilmu, seperti ilmu sastra kesenian, filsafat, dan ilmu
pengetahuan. Ilmu pengetahuan berkembang pesat berdasarkan metode
eksperimental.
Berkembangnya penemuan empiris
merupakan salah satu ciri renaissance. Oleh karena itu, ciri selanjutnya adalah
munculnya sains. Didalam filsafat, tidak begitu menghasilkan penemuan
dibandingkan dengan sains dan seni. Perkembangan sains ini dipacu lebih cepat
setelah Descarte mengemukakan rasionalisme. Sejak itu, dan juga telah di mulai
sebelumnya, yaitu sejak permulaan renaissance, sebenarnya individualisme dan
humanisme telah dicanangkan Oleh Descartes memperkuat idea-idea ini
individualisme dan humanisme merupakan ciri renaissance yang penting. Humanisme
merupakan pandangan bahwa manusia dapat mengatur dunia dan dirinya. Ini suatu
pandangan yang tidak menyenangkan bagi orang-orang ahli dibidang agama.
Nicolas Copernicus, Johannes Kapler,
dan Galileo Galilei adalah contoh ilmuwan yang membawakan wawasan baru dengan
penemuan yang penting. Copernicus, berdasarkan penyelidikannya menemukan bahwa
pandangan geosentris yang dianggap benar selama berabad-abad sebelumnya
ternyata salah. Menurut Copernicus tentang heliosentrisme. Di bidang filsafat,
peletak dasar filsafat zaman renaissance adalah Francis Bacon.
Jadi, Zaman Modern filsafat didahului
oleh renaissance. Sebenarnya secara essensial zaman renaissance tidak jauh beda
dengan zaman modern. Tokoh pertama filsafat modern adalah Descartes. Pada
filsafatnya kita menemukan ciri renaissance tersebut. Ciri itu antara lain
ialah menghidupkan kembali rasionalisme Yunani (renaissance), individualisme,
humanisme, lepas dari dogma-dogma agama dan lain-lain. Sekalipun demikian, para
ahli lebih menhyukai Descartes sebagai tokoh rasionalisme. Penggelaran yang
tidak salah, tetapi bukanlah Descartes yang dapat dianggap senagai tokoh
rasionalisme. Rasionalis pertama dan serius pada zaman modern memang Descartes.
3. Zaman
Aufklaerung
Aufklaerung berarti pencerahan (istilah
bahasa inggris untuk ini adalah enlightment). Dinamakan demikian karena pada
periode ini manusia mencari cahaya baru dalam rasionya. Keadaan sebelum ini
sering diumpamakam separti keadaan belum akil baligh, di mana mansusia kurang
menggunakan akal budinya.
Salah satu ciri terpenting zaman
Aufklaerung adalah perkembangan pesat ilmu pengetahuan. Dalam fisika kita kenal
ilmuwan besar seperti Isaac Newton. Karena rasio mendapat tempat terhormat dan
menjadi pusat perhatian, maka orang mulai meragukan wahyu dan otoritas agama.
Mudah dimengerti, mengapadi prancis muncul sikap antikristianisme dan
antiklerikianisme.
Agama kristen, sebelum periode ini,
memainkan peranan sangat menentukan. Akal budi tidak diingkari, tetapi
diletakkan sebagai pendukung iman dan wahyu. Penjelasan apapun yang tidak
sesuai dengan iman dianggap tidak benar. Tempat para klerus dalam lingkungan
yang memberi tempat penting kepada agama memang sangat istimewa. Oleh sebab
itu, pada masa pencerahan, orang tak mau tunduk lagi kepada otoritas agama.
Mulai bekembang pemikiran-pemikiran bebas. Aufklearung merintis jalan
menuju revolusi prancis 1789.
Tokoh terpenting filsafat masa
pencerahan ialah George Berkeley dan David Hume (Inggris), Voltaire dan
Jean-Jacques Rousseau (Prancis), dan emmanuel kant (Jerman). Filsuf paling
penting untuk periode ini adalah Immanuel Kant.
Seperti dikatakan di atas, Kant
berusaha mendamaikan pandangan rasionalisme dan empirisme. Menurut Kant, peran
rasio dan pengalaman sama pentingnya dalam proses mengetahui. Pengalaman indera
ia nama aposteriori, sedangkan akal budi apriori. Kant
berpendapat bahwa pengetahuan selalu merupakan hasik sentese unsur akal budi
dan pengalaman. Akal budi sendiri tidak dapat dipercaya begitu saja, demikian
pula pengalaman indera. Ikita mengalami bahwa indra banyak kali menipu, kita
melihat mentari sebagai benda lamgit cahaya yang kecil, padahal dalam
kenyataannya matahari adalah badan angakasa yang sanga besar. Oleh karena itu
hasil pengamatan indra harus diteguhkan oleh akal.
Sumber
:
Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya, Pengantar
Filsafat, Surabaya; IAIN Sunan Ampel Press, 2011-11-27
Tafsir Ahmad, Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales
Sampai Capra, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005
Salam,
Burhanuddin. (1995). Pengantar Filsafat. Jakarta: Bumi Aksara
Surajiyo.
(2005). Ilmu filsafat suatu Pengantar. Jakarta: Bumi Aksara
http://khotimhanifudinnajib.blogspot.com/2011/07/sejarah-filsafat-masa-pertengahan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar